Lubuklinggau – Misteri penggunaan anggaran pembangunan Jalan Kayu Merbau semakin menimbulkan kecurigaan publik. Dalam dua tahun terakhir, pemerintah daerah telah mengucurkan dana jumbo: Rp3 miliar pada tahun 2022 dan Rp2 miliar pada 2023. Ironisnya, kondisi jalan hingga kini masih rusak parah, tak tampak ada jejak pembangunan maupun pemeliharaan.
Kondisi jalan yang berlubang, berdebu saat musim kemarau, dan becek saat hujan membuat warga bertanya-tanya ke mana arah dana miliaran rupiah itu. Dugaan pun muncul, apakah anggaran tersebut benar-benar digunakan untuk Jalan Kayu Merbau atau justru dialihkan ke proyek bangunan lain.
Janji terbaru dari dinas terkait menyebutkan, Jalan Kayu Merbau akan kembali dianggarkan pada tahun 2026. Pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan besar: apakah proyek ini memang masuk skema multi years (tahun jamak), atau sekadar dalih menutupi penggunaan anggaran yang tidak jelas pada 2022–2023?
“Kalau memang multi years, tunjukkan dokumen kontraknya. Jangan sampai istilah itu hanya dipakai untuk membenarkan proyek fiktif. Faktanya, jalan tetap hancur,” tegas seorang warga yang geram melihat kondisi jalan berdebu dan berlubang.
Warga menilai, tidak ada transparansi yang memadai dari pemerintah. Anggaran miliaran rupiah seolah lenyap tanpa hasil. Bahkan muncul dugaan bahwa dana tersebut dialihkan ke proyek lain atau masuk ke kepentingan tertentu.
“Ini rawan jadi bancakan. Anggaran besar, tapi jalan seperti tidak pernah disentuh. Jangan-jangan ini proyek siluman,” sindir seorang aktivis lokal yang mendesak audit investigatif dari BPK dan aparat penegak hukum.
Desakan masyarakat semakin keras, meminta agar kepala dinas terkait bertanggung jawab penuh. Mereka menuntut adanya audit terbuka, bahkan tidak sedikit suara yang meminta pejabat terkait mundur jika terbukti ada penyimpangan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak dinas belum memberikan bukti dokumen apakah proyek Jalan Kayu Merbau benar berstatus multi years, atau hanya program tahunan yang mangkrak.